FIKES JEPANG BARUKetika mendengar Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuka program magang sekaligus bekerja ke Jepang, Ade Isnaeni Umar, yang saat itu sebagai mahasiswa FIKES UMM langsung tertarik untuk mendaftar sebagai peserta program magang UMM ke Jepang bekerja sama dengan PT DMI.

Semua syarat dipenuhi Ade Isnaeni Umar disapa Ade, termasuk belajar bahasa Jepang tingkat dasar. Start mulai mulai mengikuti program magang pada Desember 2018. “Awalnya cukup sulit, karena saya sama sekali tidak tahu Bahasa Jepang. Bahkan sempat beberapa kali tidak lulus ujian Bahasa Jepang dan tes wawancara,” kenang Ade saat itu.

Namun kegagalan ini tidak mematahkan semangat Ade untuk meraih sukses ke Jepang. Atas  Support keluarga dan teman sekelas membuat Ade tetap melanjutkan program ini. Hingga pada 11 Januari 2020, berhasil lulus tes wawancara dan diterima oleh rumah sakit Kudanzaka, Tokyo, Jepang.

Kabar gembira dari  rumah sakit Kudanzaka, Tokyo, tersebut tidak lantas membuat hati Ade bahagia. Sebab masuk 2019 dunia dilanda pandemi covid-19, termasuk LPK tempat kegiatan belajar terkena dampak. Pemagang diliburkan. Kegiatan belajar mengajar mengikuti regulasi pemerintah yang berlaku, yaitu daring.

Pemberangkatan ke Jepang pun sempat tertunda. Meskipun saat itu pemerintah Jepang sempat membuka penerbangan di akhir tahun 2020. Beberapa teman juga sudah berangkat.

Melihat hal ini kata Ade,  rasanya campur aduk bimbang karena teman-teman se angkatan sudah terlebih dulu berangkat, sedangkan dirinya masih tertahan di Indonesia.

Kenyataan yang membuatnya bersabar ini, aku Ade memutuskan kembali ke kampung halamannya.   Meski begitu sambil menunggu pemberangkatan yang belum tentu waktunya, Ade    mencoba melamar pekerjaan di beberapa tempat.

Alhamdulillah, Ade beruntung diterima bekerja pada satu perusahaan alat berat tambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat. Pulau tersebut merupakan kampung halaman orang tuanya. Hampir delapan bulan saya bekerja sebagai Jr. Paramedik.

“Sangat menyenangkan. Saya mendapatkan rekan-rekan yang mau mengajarkan saya banyak hal. Tentunya ini menjadi pengalaman baru yang tak ternilai,” ujar Ade.

Namun ketika sudah berada di zona nyaman, Ade tiba-tiba mendapat kabar jika pemerintah Jepang kembali membuka penerbangan. Hal ini membuatnya dilemma.  Apakah ingin melanjutkan impian bekerja di Jepang atau bekerja di tempat yang sudah nyaman ini.

Dalam benaknya banyak hal terlintas. Pikiran, usaha, dan waktu yang sudah dikorbankan untuk program ini, bagaimana jika harus jauh lagi dari keluarga, apakah jika balik dari Jepang masih bisa bekerja di tempat yang sama, dan kegundahan lain yang terus melintas dipikiran.

Setelah melewati pergulatan bathin, Ade memutuskan pilihan tetap ke Jepang. Baginya kesempatan seperti ini tidak datang dua kali dalam hidup. Selain itu tidak ingin terus berada di zona nyaman. Sebab berada di  zona nyaman tidak akan berkembang.

Untuk itulah, Ade berterimakasih kepada FIKES UMM yang telah banyak membantu saya dalam program magang ke Jepang ini. UMM memiliki peran mempertemukan pemagang dengan LPK DMI, sehingga membangun kepercayaan calon pemagang dan keluarga.

UMM juga memberikan fasilitas gedung untuk dalam menunjang kegiatan pembelajaran Bahasa Jepang, dan UMM pun membantu menalangi dana untuk proses belajar sampai keberangkatan calon pemagang.

×