Bayu Prastowo, S.Ft., M.Si merupakan dosen Fisioterapi FIKES UMM berhasil meneliti dan menciptakan prototipe. Hasil cipta beliau tersebut merupakan terobosan baru dalam pengecekan gula darah tanpa jarum suntik. Temuan ini di jelaskan oleh beliau saat orasi di acara Yudisium periode 1 2023 (15/02) di Aula Kampus 2 FIKES UMM.

Bayu Prastowo menjelaskan bahwa alasan beliau ingin menciptakan alat ini dikarenakan masih banyaknya pasien diabetes tidak ingin memeriksakan gula darahnya karena harus di tusuk oleh jarum, karena hal tersebut menyakitkan bagi pasien diabetes.

Selain itu, tren ke depannya dimungkinkan orang diabetes akan semakin meningkat. Alasan yang Pertama, terkait pola atau gaya hidup sehari-hari saat ini berpotensi tinggi mengakibatkan abnormalitas metabolisme glukosa.

“Prevalensi global dari federasi internasional diabetes juga menyebutkan gangguan karena metabolisme glukosa diperkiraan mencapai 48% setiap tahunnya”.

“Sedangkan Indonesia ditahun 2019 itu masuk ke dalam negara peringkat ke 7 dengan gangguan diabetes. Itu bukan prestasi yang baik, ditambah lagi angka tersebut diperkirankan akan tetap bertahan hingga 2030”, terangnya

Kemudian, yang Kedua, inovasi ini untuk memenuhi rencana aksi global pencegahan dan pengendalian diabetes secara berkesinambungan dalam jangka waktu panjang.

Sedangkan yang ketiga, berfokus pada hasil realtime atau kontinyu secara non-invasif. Saat ini yang berkembang secara komersil metode fingerprick dan enzimatik. Secara umum metode invasif membutuhkan sampel biofluid yang berakhir pada limbah medis.

Metode non-invasif berbanding terbalik dengan invasif. Banyaknya masyarakat dengan gangguan metabolisme glukosa namun takut dengan metode invasif, karena metode tersebut menggunakan jarum untuk mengeluarkan darah. Sehingga dengan hadirnya metode non-invasif masyarakat tidak lagi takut.

Namun, sebenarnya ide asal muasalnya berawal dari flashback masa kecil yang sering bermain menutup lampu menggunakan tangan atau jari. Ketika lampu tersebut yang berwarna putih kita tutup menggunakan jari, maka seolah-olah cahaya tersebut menembus dan berwarna merah. Perubahan cahaya tersebutlah yang mengilhami konsep alat ini, cetusnya

Adapun fungsi dari alat ini adalah mengukur kadar glukosa darah dan hemoglobin secara non-invasif atau tanpa mengeluarkan cairan/ materi apapun dari tubuh manusia. Mekanisme kerjanya sama seperti oksimetri.

Prinsipnya cahaya dari light emitting diode (LED) near infrared menembakkan cahaya ke jari tangan manusia. Kemudian kulit manusia akan memantulkan kembali cahaya LED dan ditangkap oleh fotodetektor. Cahaya yang dari kulit tersebut yang ditangkap membawa informasi kadar glukosa dan hemoglobin.

Ke depannya menurut Dosen yang hobi joging ini, alat ini bisa diproduksi secara masal. Hal ini sudah terencana dalam roadmap simulasi penelitian ditahun 2019-2020, kemudian uji klinis tahun 2021-2022, serta pengujian prototipe dan komersialisasi yang dimulai pada tahun 2023-2030.

Saat ini, sudah bekerjasama dengan PT Tesena Inovindo untuk finalisasi prototipe agar layar diproduksi sesuai dengan standar industri alat kesehatan tutupnya

×