Non-communicable diseases (NCDs) atau penyakit tidak menular (PTM) menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Tercatat, NCDs atau PTM mampu membunuh 41 juta orang, atau 74 persen dari seluruh kematian secara global.
Profesor dari Fakultas Ilmu Kesehatan Prince of Songkla University (PSU) Thailand, Prof Dr Karnsunaphat Balthip memaparkan, beberapa fakta tentang PTM. Dimana 17 juta orang meninggal karena PTM sebelum usia 70 tahun.
“Ada empat PTM yang paling banyak memicu kematian dini. Yakni penyakit kardiovaskular atau jantung sebanyak 17,9 juta kasus, kanker 9,3 juta kasus. Kemudian penyakit pernapasan kronis 4,1 juta kasus, dan penyakit diabetes 2 juta kasus,” seru Prof Karnsunaphat, saat mengisi Visiting Professor di Universitas Muhammadiyah Malang, Kamis (29/2/2024).
Prof Karnsunaphat memaparkan, hal-hal yang meningkatkan risiko kematian akibat PTM. Di antaranya konsumsi tembakau, ketidakaktifan fisik, konsumsi alkohol yang berlebihan. Kemudian pola makan yang tidak sehat, serta polusi udara. semuanya meningkatkan risiko.
“Komponen kunci dalam merespon PTM, pertama melakukan deteksi dini. Kedua skrining dan pengobatan PTM, serta terakhir perawatan paliatif,” bebernya, di hadapan 250 mahasiswa D3 dan S1 Keperawatan semester 6, 33 dosen, serta 120 anggota Asosiasi Pendidikan Ners Muhammadiyah Asia se-Indonesia (AIPNEMA) secara daring.
Dampak dari PTM adalah penyakit kronis dalam waktu lama, dimana salah satu penyebabnya karena faktor perilaku. Seperti makan junk food berlebihan, kurang aktivitas olahraga, dan lainnya.
“PTM menyerang wanita dan pria, jadi tidak melihat gender. Pada pria antara lain karena suka merokok dan minuman keras,” terangnya.
Sementara itu, Kaprodi Keperawatan UMM, Edi Purwanto SKep Ners MNg menyebutkan, kehadiran profesor dari Thailand ini memang sudah jadi agenda prodi tentang keperawatan. Prof Karnsunaphat akan berbagi ilmu terkait NCDs dan nursing community di UMM selama tiga hari.
“Beliau akan berbagi penelitian bersama dan publikasi. Harapannya agar UMM dan Prince of Songkla University bekerjasama pada penelitian dan pengabdian pada masyarakat,” jelas Edi.
Selain itu, mahasiswa Keperawatan UMM akan menjalani pertukaran mahasiswa dalam waktu dekat. Sekitar 16 mahasiswa dan dosen asal UMM akan melakukan program pertukaran ke Thailand dan berkegiatan selama sebulan.
“Mahasiswa terpilih memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus dan ber-IP tinggi. Nantinya dari kegiatan itu akan ada pengakuan mata kuliah dan dikonversikan dengan kompetensi di keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas itu seperti di puskesmas dan tidak di rumah sakiit,” terangnya.
Sebagai informasi, Visiting Professor tak hanya dari Thailand, namun sebelumnya dari Jerman dan Malaysia. Rencana pertukaran mahasiswa tersebut akan ke Thailand dan Malaysia, terkait kerjasama dengan perguruan tinggi dimaksud.