Kecelakaan ringan dapat menyebabkan cedera bagi siapapun yang mengalaminya. Cedera dapat terjadi saat bekerja, berolahraga atau mengemudikan kendaraan. Tentunya, ada beberapa bagian tubuh yang rentan cedera dan harus diwaspadai.
Menurut Dosen Fisioterapi UMM, Safun Rahmanto, SST, Ft., M.Fis. menjelaskan bahwa kecelakaan ringan dapat dibagi berdasarkan kategori anak, dewasa, dan lansia. Kecelakaan ringan pada anak usia rentang 7-15 tahun memiliki risiko tinggi pada lengan yang disebabkan salah tumpuan ketika aktivitas bermain. Salah tumpuan tersebut dapat menyebabkan perpatahan pada siku atau pergelangan tangan.
Lalu, pada dewasa di atas 17 tahun ke atas sampai sebelum usia 40 tahun, risiko perpatahan disebabkan oleh trauma berat. Biasanya disebabkan oleh Laka Lantas (Kecelakaan Lalu Lintas) atau kecelakaan kerja. Area tubuh yang berisiko yaitu di pergelangan tangan, bahu, kaki, tergantung benturan yang di dapat. Cedera yang berat yang paling berisiko di laka lantas tentu berpotensi perpatahan tulang.
Sedangkan lansia lebih banyak berisiko mengalami trauma akibat adanya pengeroposan tulang. Jika mengalami kecelakaan ringan, harus diwaspadai di daerah pinggul dan paha. Cedera pada lansia yang sering terjadi dikarenakan adanya gangguan penurunan fungsi keseimbangan pada lansia, yang menyebabkan lansia mudah terjatuh.
“Ketika jatuh dan mekanisme tumpuan landingnya tidak tepat, bisa menyebabkan perpatahan pada pergelangan tangan. Tetapi jika kasus laka lantas kita tidak tahu benturan nya di mana, namun bisa diprediksi di daerah ekstremitas atau alat gerak,” tambahnya.
Safun, selaku kepala prodi Profesi Fisioterapi menjelaskan pertolongan pertama pada cedera ringan, dapat dilihat dari tanda gejalanya. Jika mengalami nyeri sedang, bengkak tidak begitu besar atau tidak begitu timbul cukup dikompres air dingin selama 2 x 24 jam sambil dilatih perlahan.
Beliau menegaskan, jika mengalami kecelakaan ringan tidak direkomendasikan untuk memijat area yang cedera. “Jika dipijat akan meningkatkan trauma baru pada bagian yang cedera. Kedepannya dapat menyebabkan sendi yang tidak stabil atau bunyi. Selain itu, sendi akan gampang cedera, atau dapat merusak ligamen dan otot-otot, hingga dapat menyebabkan cedera berulang,” pungkasnya.
Pada prinsipnya, metode pertolongan pertama yang dapat digunakan adalah metode RICE. R (Rest) yang berarti segera istirahatkan bagian yang cedera. I (Ice) yang berarti lakukan kompres dingin baga bagian cedera yang tidak timbul luka terbuka. C (Compression) yang berarti balut rekat pada daerah yang cedera menggunakan pembalut atau perban. E (Elevation) yang dilakukan dengan meninggikan bagian yang cedera agar bengkak bisa cepat berkurang, disarankan agar pengangkatan dilakukan lebih tinggi dari jantung untuk memudahkan aliran darah balik ke jantung.
“Jika cedera disertai dengan gejala berat seperti nyeri hebat, pembengkakan yang besar, dan terlihat perubahan warna dari merah menjadi kehitam-hitaman, segera dibawa rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat karena gejala-gejala tersebut mengindikasikan terjadinya fraktur atau patah tulang,” tambahnya. (Sep, editor:Zq)