Mahasiswa D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (FIKES UMM) berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovasi (PKM-KI). Koordinator tim PKM-KI D3 ini Rahayu Nugraheni mengungkapkan inovasi karya PKM-KI mahasiswanya berupa gelang aromaterapi.
Seperti apa gelang dimaksud? Rahayu menyebutkan gelang aromaterapi tersebut mendapatkan pendanaan Kemendikbudristek senilai Rp 9 Juta, untuk mewujudkan karya inovatif berjudul Pembuatan Gelang Aromaterapi Vanilla Pada Perawatan Bayi Premature. Jika seorang memakai gelang aromaterapi ini akan langsung merasakan manfaat gelang tersebut.
Manfaat gelang ini, kata Rahayu, sangat multifungsi seperti membantu masalah henti nafas, nyeri, tidur, dan saturasi oksigen pada perawatan bayi premature karena bayi prematur sendiri memang memiliki pravelensi yang besar mengalami henti nafas/apnea.
Rahayu mengungkapkan ide pembutan karya inovatif ini berasal dari salah satu jurnal ilmiah. Dimana jurnal tersebut membahas tentang manfaat aromaterapi vanilla dalam membantu permasalahan henti nafas dan saturasi oksigen. Lalu dikembangkan lagi dengan menggunakan jurnal lain yang membahas terkait manfaat aroma vanilla dalam mengatasi nyeri dan permasalahn tidur. Dari kedua jurnal tersebut dikembangkanlah menjadi produk gelang, sebab yang tercantum dalam jurnal tersebut hanya berupa kapas yang ditetesi aromaterapi vanilla.
Lebih lanjut, Rahayu mahasiswa keperawatan asal Lumajang ini menjelaskan dalam pembuatan gelang kali ini kelompoknya mengembangkan ide lewat gelang supaya posisi aromaterapi dapat menetap dan tidak berpindah pindah atau bahkan terbuang. Produk gelangnya dibuat dari silicon sehingga halus dan aman untuk kulit bagi bayi premature.
Harapannya, tandas Rahayu, mungkin bisa diperdalam lagi, dari segi efektifitas dan dosis. Mana saja bagian bagian yang perlu diperbaiki sehingga nantinya efektifitasnya maksimal dan bisa bermanfaat bagi banyak orang. Terutama bagi perawat dan orang tua, karena beban kerja perawat tinggi dan tidak hanya 1 bayi saja yang dirawat.
Sedangkan dari segi komersialisasi, tambah Rahayu, jika memang bisa dikomersilkan bisa membantu orang tua dengan bayi prematur untuk bisa memberikan terapi nonfarmakologi secara mandiri di rumah setelah bayi pulang dari rumah sakit.